Senin, 03 Februari 2014

Aku Denganmu Diantara Khianat

Senyum ini telah kulepaskan dengan tangisan.
Terburu oleh tatapan hingar berkelejit hitam.
Walau tak adil bagiku kuremang cumbumu.
Khianat terpulang ditubuh nista terpencar.
Entah..apakah gelisahku adalah dosa.
Selalu langkahku terhenti dari tikaman.

For darkest eyes, in darkest hour from bleeding heart.
Itulah aku yang terkikis dari rengkuhan separuh saja.
Hingga tersadarpun aku tak tahu harus memilih hitam
atau terang dengan cibiran.
Diam..jangan berbicara sepatah katapun karena lelahku
telah terlumuri dendam.
Retak sabarku dari hingar lilitan bejad.

Mengapa kau tuang buain, jawablah jangan kau sembunyikan pedih itu.
Aku lebih terpedihi tersingkir jauh tak boleh merenda kisah
dengan ulasan rasa.
Kau bukan teruntai dengan rasa..tapi kau hanya menggila pada sajak, puisi, syair diarena detakku.
Cukup sudah kuraba perih bungkamnya hati digerbang duka.
Kau tetap dengan caramu dan aku tetap dengan caraku.
Aku elangkan rasa ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar