Senin, 03 Februari 2014

Aku Menangkapmu Dalam Tangisku


Masih dengan serangkuman rinai gerimis hujan merenda.
Dibawah pepayungan hitam tatap mataku berkilat nanar.
Mencari muara-muara telaga tempat kunaungkan lelah.
Entah kilasan menyabar dititik diamku sorot wajahmu dengan
tatapan sangar penuh helaan luka tersembunyi.
Perempuanku..engkau menari tawa tapi hatimu tersimpan gumpalan awan.
Yach..kau pecahkan rasamu dengan bait sajakmu.

Rerindu serindu melagum dalam ayunan nalarmu.
Bias-bias rerumput dipematang lalang seruak menyumbar
diteladah jiwa.
Lihai gerak tanganmu memainkan retakan tapi tetap ada
luka disaduranmu..intan baiduriku.
Apakah masih kau pintal senja ini dan senja-senja sebelumnya..desahku bertanya.
Kau diam dengan melimpat jika kau memegang pedih itu.
Isi dengan lebam kelam ruangmu menata tanpa kau tatap.
Serangkuh angkuh digenangan airmatamu.

Dan aku menangkapmu dalam tangisku.
Mencoba menyulam tanaknya genang dipembatas simpul.
Ini maumu..maka terukir lukis bukan puisi tapi sederet perih
diradang otakku yang mengikis mencatatmu.
Achh..perih ini bukan perih untuk kesekian kali aku diam tak ingin kau berkelebat dalam jiwaku.
Teriakmu dengan aliran air telaga dimuaramu..bidadari kelam dikesumbat benakku.
Sastra terengkuh dipedalaman aromatikmu..terjetrak dalam tuturan beku..engkau jejal dengan sembunyi hatimu penuh
dengan bisikan pedih.
Cinta bawa aku pergi..teriakmu dalam hati..dan aku pergi untuk tidak memelukmu dalam terjalnya deraku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar