Minggu, 02 Februari 2014

~** Diary Puisi Cinta Buat Rindu 1**~

Mengingat kanfas lukisan kertas bersama sebilah ujung mata pena.
Ketika helai lembarannya terkunci rapat semua takkan menjadi narasi alur cerita.
Terbengkalai saat telujur-telujur cerbong jiwa hancur dipembatas simpul halamannya.
Sebagaian terkoyak rata termakan oleh usangnya waktu yang berujar.
Apa yang terberi...apa yang terbagi...dan apa yang tersudahi, cuma diam yang kudapati.
Jatuh pada tiang-tiang penyangga kemudian dentuman hujat mencari sisi lubang hati.
Astaqfirullah aladhiem...kata dalam benakku sembari mengelus dada.
Dan aku berdiri tetap tegar walau terkikis oleh cabikan-cabikan milenium zaman.

Hanya hirupan segar embun serta angin yang berhembus tercium harum dirongga hidung.
Napak tilas tapak-tapak jejak telanjang kaki menghempas tiap peredaran racun pembuluh
dihamparan negri bumiku.
Engkau tanah yang berkecimpung longsor oleh derunya kepalan tinju para serdadu-serdadu
penjilat rakyat.
Engkau tanah yang lok ji nawe terkapar diantara kumpulan bui-bui para dektaktor.
Harum pertiwi retak tergenang basah tetesan darah membuncrat dalam penggalan hari.

Aku nanar diam merapat dalam satu tebing dimana hanya ada rerumputan bercermin ditepi sungai.
Mataku luruh condong menatap segumpalan awan mengumpat pada langit yang berakal.
Kemudian gerak jari jemariku mulai melekukan barisan kata yang kasat tanpa terlihat.
Dengan rindu menanti diujung pulau-pulau yang karam, kulepaskan segala pedih ketika aku tak
bisa kembali dalam ruang dimensi ini.
Hanya rindu yang tersekat diantara dinding-dinding berbidak, kutambatkan kecintaan pada sejumput
teriknya pagi yang menghibau.
Tempat aku berpulang kembali dalam pelukan sang illahi rabbi.

Detail...singkat guratan itu lambat-lambat menghilang tertutup pudaran waktu.
Kemudian aku melangkah entah kaki ini mengarus dan singgah dikota yang mana.
Hanya terdengar heningnya malam berserenande gelak tawa kepekatan.
Bersulang lelah rebah pejamkan mata dipembaringan terumbu-terumbu akar jerami ilalang.
Menanti saat pagi itu kembali terulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar