Minggu, 02 Februari 2014

"Selembar Puisi Secangkir Kopi"

By: Telaga Sastra Cinta

Diatas meja ada tinta ujung mata pena.
Helaian carikan selembar kertas pelengkapku.
Dengan secangkir kopi penghangat tubuh.
Untuk menempatkan kata dari rangkuman hati.
Tanpa aku tahu waktu itu terus berputar.

Kuletakan secara tak beraturan.
Tanpa seember majas berceletuk panjang.
Tanpa segudang kata noktaf bercoleteh.
Dan tanpa irama diftong melagum.
Aksaraku lepas tak ada ikatan.
Memintal dikelipatan..

Menguntai dirangkum hatiku.
Dengan nalar yang terjalar dari jiwa.
Puisiku tercecar mati dalam kata.
Kelu dialur uliran barisan spasi.
Dijetrakpun terasa kaku dan tak teramati.
Hanya memakai diam dan sepi.

Tak ada bait-bait kental.
Tak ada lapisan lukisan bersanur indah.
Tak ada paparan bernarasi membuat pola.
Tak ada syair memikat untuk terbaca.
Dengan lepas angin berbisik lembut.
Kukenali inilah ragumku tanpa sebumbung tanda kutif.

Selembar puisi dengan secangkir kopi.
Tertumpah ruah tentang kalbu yang tercemeti rasa.
Terhela desahku saja.
Ditengah sepi melena kelam..
Aku rindu sosokmu wajah kekasihku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar