Rabu, 12 Februari 2014

Sekuntum Mawar Berduri

By:Vitri Yayat Yachya




Sekuntum mawar berduri..
Lebur hilang tandas dialun irama rayu.
Menelan ludah sedikit renggang tenggorokan kerang. 
tempat menahan sesakit diri..
Lepas mayang menjerat hingar..

Dengan kelakar terjerumat liar..
Ia menggila dengan celoteh diatas kanfas tak bercadar..
Semakin terpias diraguman kelu berakar..

Sebuah borok yang menganga.
Menutup lalang dipadang gembala rangkuman cinta. 
Prahara bengis meninggalkan rindu diperbatasan itu..
Kematian yang terjangkar..
Aku adalah sebuah legenda itu yang takkan pernah usai.
Menjadi Prahara tanpa tulisan..

Menatap kilatan hitam dianumerta.
Aku sebuah serpihan perdu-perdu masa lalu.
Bahwa aku hanya laknat dari tumpukan debu kotor hitamnya
tanah lumpur ditetubuh bekuku. 
Sesuatu perih dihatiku.
Didih darahku mengalir..memburu 
detak jantungku seperti mercusuar.
Desahmu dimalam itu membuat keringatku menetes. 

Aksaraku tetap menyeruak diantara hitamnya lembaran waktu. 
Sekuntum mawar berduri..
Prosaku tentangmu..telah mati bisu. 
Enggan berlalang kelana..
Hanya mendendangkan serumpun kalbu..
Berdecak pecah menjadi retak..
Sepak mengilas sebelah mata..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar