Minggu, 02 Februari 2014

Teropng Dimensi

Kerajaan...ini bukan masalah kerajaan atau tahta.
Ini bukan negara astina dengan ribuan rakyat syailendra.
Apa yang terfikir dalam nipotisme atau hepotisme.
Kajiaan..era globalisasi..kependudukan..atau ratusan bala tentara.
Hei..kau yang memiliki segudang harta dan kedudukan sebagai petinggi.                                                  Dengar celetuk para yang terilas dan terinjak oleh ketidak adilan.
Apa pernah dengan tulus serta ikhlas kau mendermakan sebagaian harta.
Nounsend..kata itu cuma trik terbalik.

Tawaku nyinyir..senyumku perih dengan mengelus dada sembari melangkah memanjat
anak-anak tangga gudang penuh setangkup pertanyaan lirih.
Coba jika aku mempunyai sebuah mesiu atau sebuah anak panah atau juga sebuah teropong.
Sudah kubidik..kupicu..kutembak..kuberi racun-racun yang sama pula.
Biar tahu dunia ini..jika tempatnya tak bersih, biar tahu bumi ini..jika tanahnya banyak
pengedap-pengedap terisolasi.
Achh..makalah seperti bom yang meledak dikepalaku.
Buat ini..buat itu..kepada ini..kepada itu..ratusan tangan-tangan karya tetap sama.
Sakit jiwa...atau pesakit hati.

Medium oposisi..jadikan bingkai negeriku wabah terusik pekat.
Tak ada yang keruh..tak ada yang jernih..tak ada yang bersih.
Tetap sama terpampang dengan kail-kali mata pancing buruan.
Terjerat..dan dijerat, aku semakin tertunduk coba melafal kata yang belum pasti.
Atau kataku menjadi granat dan terbui sebagai mafia antagonis.
Teropong dimensi kupersembahkan pada hati yang terdiam menatap gumpalan hitam
mendarat dinegeriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar