Senin, 03 Februari 2014

Catatan Sang Bumi

11 September 2013 pukul 14:28


Karmapala memegang angkara menjatuhi tandu dipantai gangga.
Dunia berguncang teriak tangis mendera, coba berlari tersilap dalam
permainan lingkaran api.
Tanah merah retak terbelah seperti diriku yang sudah remuk poranda.
Buntu akal fikiran, buntu jalan dalam hati, termangu aku disudut pedih.
Senyum simpul menepis menyisakan arakan luka direlung jiwa.
Dosakah aku bila menyinta itu salah,  salahkah aku bila rindu itu terdiam.
Karena aku bukan tentara yang dapat menopang senjata.
Aku cuma anak sipandai besi yang kerjapun seperti dikebiri.

Rentetan dunia beralas pekat, awan tertutup gelap tersisa.
Hatiku buta...jiwaku buta...benakku buta...kalbuku terlupa.
Hening terlonjak lirih beku diujung labir bibir.
Tepian waktuku berkarang lubang tak lagi terdendang tentang sendau gurau.
Menjadi lipatan puing yang hitamnya tak mau pergi.
Kematiankah yang terambil atau tetap dengan tundingan menyakitkan hati.
Mungkin sudah tersisip celah aku menangis.

Senja itu bergulir tersimpan himpitan jerumat perih.
Aku lirih terilas cinta...aku lirih terinjak rindu...aku lirih bayangmu tak mau pergi.
Mengapa harus ada tebing-tebing penjulang yang tingginya tak bisa terengkuh.
Jika keluku menjadi siksa, lepaskan saja bila kau mau.
Maka aku sirna hanya menjadi catatan bumi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar