Sabtu, 01 Februari 2014

_Epiloge Cinta_

Kerling binar sepasang bola mata, tajam menatap pendaran langit.
Singgah sayu ditelatah aksara, meliuk diperbatasan dunia.
Melukis prosa-prosa kerinduan menempatkan diantara kepicikan kata.
Diam hening bait-bait tak melantun, mati kaku tanpa barisan kubik terkelupas
tanpa kulit warna.

Curug wajah bercerug menggorespun hanya kelu.
Kram otak fikiran tak tentu melujat tanya tentang akurat makna.
Untuk apa dan pada siapa dan kemana arah telaga mengalir, hanya gumpalan
kusam serta lusuh sebuah kenangan tak bermajas.

Syair setampan manis bak kurma dipadang arafah.
Magda menggurui dilembah-lembah perbukitan hitam mendayuh putih.
Kepal tangan meninju bumi lahar tangis berdecik lirih, klontang sudah
ditebas angin.
Hanya watas air yang mengalir keruh.
Dan bukan zam-zam menjadi air sejukku, tetapi telaga
tak berkait hanya terdampar usah dikenang.

Epiloge cinta...mencoba menerobos kelam.
Untuk berleha dalam sesakit, jiwa-jiwa rapuh tak berkerut.
Tengok hati terilas pedih, dibuang kekotor ruh melepaspun aku diam.
Enggan memandang disekeliling yang terhisap sebuah pelangi kehidupan.
Jangan kawan..kau ingat aku lagi, aku bukan merpati ditelaga gangga.
Aku hanya sekelumit diam, diamnya sebuah epiloge cinta....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar