Minggu, 02 Februari 2014


~"Putaran Jingga~"


Mataku berkeluk menatap ruang yang terpampang penuh jeruji.
Tembok dinding berwarna putih kusam lusuh termakan hari.
Senja terusir, malam membungkukkan kelam, pagi tak bersenandung lagi.
Tergencit diantara benteng-benteng spion...skak kau bilang langkah terhenti.
Achh..mana sinarku, mana..aku tak melihatnya dari balik bilik pengendap jentik.
Lubang celahnya terlalu kecil, mataku tak dapat menilik karena aku buta hati.
Buta akan tautan indah tentang alur yang bercerita nista.

Tapi aku tetap menahan waktu sedikit gencatan untuk berdiri.
Agar penopangku tak rapuh termakan ribuan kutu-kutu busuk dibuku kematian.
Daftar nama terpampang dengan garang menahan lapar.
Terkoyak ditepian hancur terkulai diatas peti, karena rompang jadi tergoyang.
Yach..dunia tertawa mencibir kita yang terlupa.

Aku tercabik..dengan kelakar belukar pedih.
Menanti diujung perbatasan sisa-sisa kebenaran itu terlewati.
Menunggu hari tempatku berteduh dikaki langit.
Bersamamu putara jingga aku rebah dibawah naungan cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar