Senin, 03 Februari 2014

** Peluru Rindu Menembus Cinta **

23 September 2013 pukul 20:56


Sepasang bola mata tajam menatap dari kejauhan.
Lumbung-lumbung jerami kering dipematang siantar.
Waktu untuk pelepas lelah telah memudar.
Serangkai camar melayang terbang pulang sangkar dihutan rerimba.
Laut diam hentak badai tak riuh bergelombang.
Merangkul awan dengan sebentuk kelam, memutar langit menjadi malam.
Renyuhkan jiwa dengan seribu pertanyaan terpendam.

Hening membawa dalam buritan sepenggal canda tak terdengar.
Lirih sendu menalu kalbu mengupas takbir pekatnya hati tersadur.
Arakan sitoli-toli berbunga baiduri harum memikat meracun sukma.
Darahku bersimbah dengan baju terkoyak sebilah bambu menancap jantung.
Hanya airmata jadi telaga persinggahan mengantar jasadku pulang.
Dengan iringan usungan tandu-tandu penuh lubang berbilah luka.

Tangis memekakkan ruang terbata, merenda malam menjadi setangkup pedih.
Membasuh kenangan yang takkan pernah terulang, ketika senyumku tak lagi terlihat.
Cerobong-cerobong asap kereta dermaga pengantar jenazah telah tiba.
Ini diriku yang berlalu pergi...jangan titipkan rintihan mayang berdaun perih.
Rangkaikan secarik kertas lepaskan diudara bebas dengan seikat mawar pembasuh
diriku yang menghilang.

Untuk tidak menjadi penghambat jalan tiap-tiap petak berbatu penuh deru debu
mengisi tanahku tertinggal dalam guratan waktu.
Kusisipkan terakhir kali, jaga benih yang tertanam dalam kandungan hari.
Agar kelak tak menjadi kepingan yang tak berarti.
Biarkan berjalan diantara kanfas tanpa ujung mata pena, ketika ia tersadar nanti
tak menjadi sebuah penyesalan panjang.
Dan berakhirlah sudah saat peluru rindu itu menembus cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar